Kamis, 26 Juni 2014

Workshop Pengembangan Lesson Study

Guru biasa memberitahukan. Guru baik menjelaskan. Guru ulung memeragakan. Guru hebat mengilhami (William Arthur Ward)


Mengapa Perlu Lesson Study?

Ada pameo yang beredar dikalangan komunitas pendidikan, bahwa apapun kurikulumnya metode belajarnya tetap itu-itu juga. Seperti sebuah iklan minuman "apapun makanannya, minum tetap teh botol sosro".

Tidaklah salah sepenuhnya pameo tersebut, namun juga tidak semua guru melakukan hal tersebut.. 
Lantas mengapa Lesson Study perlu dilakukan oleh para guru? Guru sesungguhnya adalah manusia pembelajar. Namun kesempatan untuk mendapatkan pelatihan-pelatihan sangat jarang didapatkan, dengan kondisi demikian guru dituntut untuk kreatif mengembangkan kualitas diri.Kenyataan yang kita alami pendidikan kita menghasilkan output yang mempunyai daya saing secara global rendah, menurut berita dari Tempo kualitas pendidikan kita sangat rendah

Lesson study sesungguhnya adalah sebuah terobosan yang dilakukan untuk mendongkrak kualitas layanan guru terhadap peserta didik melalui kolaborasi beberapa guru dalam mata pelajaran sejenis.




Dr. Ibrohim, dosen Fakultas MIPA dari Universitas Negeri Malang, telah mencoba merumuskan definisi operasional lesson study, sebagai berikut. ”Lesson study adalah proses kegiatan pengkajian pembelajaran secara kolaboratif dan berkelanjutan berlandaskan prinsip-prinsip kolegialitas dan mutual learning untuk membangun learning community”.


Lesson Study sebagai salah satu model pembinaan profesi pendidik melalui pengkajian pembelajaran secara kolaboratif dan berkelanjutan berlandaskan pada prinsip-prinsip kolegalitas dan mutual learning untuk membangun komunitas belajar. (Slamet Mulyana, 2007)

Manfaat Lesson Study

Lesson Study mempunyai manfaat bagi guru antara lain :



(1)   Guru dapat mendokumentasikan kemajuan kerjanya,

(2)  Guru dapat memperoleh umpan balik dari anggota lainnya, dan

(3)  Guru dapat mempublikasikan dan mendiseminasikan hasil akhir dari Lesson Study

4)   Mengurangi keterasingan guru (dari komunitasnya), khususnya dalam pembelajaran

5)   Membantu guru untuk mengobservasi dan mengkritisi pembelajarannya

6)   Memperdalam pemahaman guru tentang materi pelajaran, cakupan dan urutan   materi dalam kurikulum. 

7)   Membantu guru memfokuskan bantuannya pada seluruh aktivitas belajar siswa.

8)   Menciptakan terjadinya pertukaran pengetahuan tentang pemahaman berpikir dan   belajar siswa

9)  Meningkatkan kolaborasi pada sesama guru.



Langkah-langkah Pelaksanaan Lesson Study

Secara singkat, lesson study dapat dijelaskan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

Pertama, adakanlah semacam pertemuan kompok guru yang menyadari pentingnya upaya untuk meningkatkan kompetensinya dalam pelaksanaan pembelajaran mata pelajaran tertentu. Pertemuan kelompok guru ini menyepakati beberapa hal, misalnya: (1) proses pembelajaran dalam pokok bahasan apa, mata pelajaran apa, dan kelas berapa,  yang akan dikaji melalui lesson study; (2) siapa yang akan bertindak sebagai guru penyaji yang akan melaksanakan proses pembelajaran, (3) siapa saja guru yang bertindak menjadi pengamat dalam kegiatan lesson study tersebut. Untuk ini, guru penyaji harus memiliki kesadaran ”mau membuka” proses pembelajaran untuk diamati para guru yang lain, dengan tujuan utama mengetahui efektivitas proses pembelajaran, bukan mencari-cari kesalahannya.

Kedua, jika rencana tersebut sudah matang, dalam pertemuan tersebut dapat dilanjutkan dengan mencoba membuat lesson plan atau Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) bersama. Kalau tidak dalam pertemuan tersebut, dapat dilakukan pertemuan berikutnya. Guru calon penyaji mencoba membuat konsep RPP, dan kemudian disampaikan kepada kelompok guru tersebut, untuk memperoleh tanggapan dan usulan perbaikan. Kedua tahapan ini disebut sebagai tahapan PLAN.

Ketiga, jika rencana sudah matang, maka tahapan berikutnya adalah proses pelaksanaan pembelajaran. Guru penyaji melaksanakan proses pembelajaran di kelas sebagaimana guru ini melaksanakan pembelajaran sebagaimana yang biasa dilakukan. Dalam proses pelaksanaan pembelajaran ini, para pengamat mengamati proses pembelajaran, mulai dari membuka pelajaran, sampai dengan pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan metode dan media atau alat bantu pembelajaran, dan akhirnya sampai dengan menutup pembelajaran. Para pengamat melakukan pengamatan dan mencatatnya secara cermat. Dalam lesson study, tahapan ini dikenal sebagai tahapan DO.

Keempat, setelah selesai tahapan ketiga, para guru mengadakan pertemuan berikutnya untuk mendiskusikan hasil pengamatan dari guru-guru yang lain. Dalam diskusi ini, sudah barang tentu akan disampaikan tentang apa kelebihan yang telah dilakukan oleh guru penyaji, di samping kemungkinan kekurangan-kekurangan, bahkan kesalahan-kesalahan fatal yang telah dilakukan guru penyaji. Dalam pertemuan ini, para guru dapat mengambil kesimpulan tentang praktik-praktik terbaik yang telah dilakukan oleh guru penyaji, selain kemungkinan juga kekurangan-kekurangannya. Hasil kesimpulan ini sebaiknya disusun secara tertulis, dan kemudian disebarluaskan kepada guru-guru yang lain, terutama yang menjadi penyaji dan pengamat dalam kegiatan lesson study tersebut. Sudah barang tentu, kesimpulan ini akan menjadi produk bersama yang amat bermanfaat untuk meningkatkan kompetensi para guru. Tahapan ketiga lesson study ini dikenal dengan tahapan SEE.


Sumber :
http://suparlan.com/44/2010/01/22/lesson-study-dan-peningkatan-kompetensi-guru/
PPT. Drs. Fatah Munzali M.Pd : Pengembangan Lesson Study


Rabu, 04 Juni 2014

BACK TO AL-QUR’AN : MOZART TERNYATA TIDAK MEMBUAT CERDAS





Baru-baru ini kita dikagetkan oleh sebuah fakta baru penelitian bahwa ternyata musik klasik tidak memiliki pengaruh apapun terhadap kemampuan kognitif seorang anak. Itu artinya, mendengarkan musik klasik tidak mencerdaskan anak sebagaimana yang selama ini kita tahu. Selama lebih dari 15 tahun, kita terkecoh oleh publisitas yang banyak membesar-besarkan tentang musik klasik yang dapat memacu kecerdasan
seorang anak. Dulu, sebelum saya mengenal banyak keajaiban Al-Qur’an, saya cenderung memegang pendapat bahwa musik klasik dapat merangsang perkembangan otak janin dan mencerdaskan anak. Tapi, beberapa tahun kemudian, saya mulai
berpikir, jika mozart yang ciptaan manusia saja bias mencerdaskan anak, maka tentu Al-Qur’an yang merupakan mukjizat yang telah Allah berikan kepada kita ini lebih dapat mencerdaskan anak. Dan ternyata itu benar.

Beberapa orang peneliti dari University of Vienna, Austria yakni Jakob Pietschnig, Martin Voracek dan Anton K. Formann dalam riset mereka yang diberi judul “Mozart Effect” mengemukakan kesalahan besar dari hasil penelitian musik yang melegenda ini. Pietschnig dan kawan-kawannya mengumpulkan semua pendapat dan temuan para ahli terkait dampak musik Mozart terhadap tingkat intelegensi seseorang kemudian mereka membuat riset terhadap 3000 partisipator. Hasilnya ternyata
sangat mengejutkan! Berdasarkan penelitian terhadap ribuan partisipator itu, Pietschnig dan rekan-rekannya menyimpulkan bahwa tidak ada stimulus atau sesuatu yang mendorong peningkatan kemampuan spasial seseorang setelah mendengarkan musik Mozart.

Senada dengan Jacob Pietschnig dan kawan-kawannya, sebuah tim peneliti Jerman yang terdiri atas ilmuwan, psikolog, filsuf, pendidik, dan ahli musik mengumpulkan berbagai literatur dan fakta mengenai efek mozart ini. Mereka mengemukakan bahwa
sangat tidak mungkin mozart dapat membuat seorang anak menjadi jenius.

Penelitian terbaru ini membantah habis-habisan hasil riset psikolog Frances Rauscher dan rekan-rekannya di University of California pada tahun 1993 yang mengemukakan bahwa musik Mozart ternyata dapat meningkatkan kemampuan mengerjakan
soal-soal mengenai spasial.

Wow…padahal, selama ini kita sudah terlanjur percaya pada legenda musik klasik ini, ya?


Back to Al-Qur’an

Berbeda dengan Al-Qur’an. Al-Qur’an adalah mukjizat yang telah Allah jamin kemurniannya hingga hari kiamat kelak. Ada banyak kemuliaan dan kebaikan yang ada dalam Al-Qur’an. Salah satunya adalah Al-Qur’an dapat merangsang perkembangan otak anak dan meningkatkan intelegensinya. Setiap suara atau sumber bunyi memiliki frekuensi dan panjang gelombang tertentu. Nah, ternyata, bacaan Al-Qur’an yangdibaca dengan tartil yang bagus dan sesuai dengan tajwid memiliki frekuensi dan panjang gelombang yang mampu mempengaruhi otak secara positif dan mengembalikan keseimbangan dalam tubuh.

Bacaan Al-Qur’an memiliki efek yang sangat baik untuk tubuh, seperti; memberikan efek menenangkan, meningkatkan kreativitas, meningkatkan kekebalan tubuh, meningkatkan kemampuan konsentrasi, menyembuhkan berbagai penyakit,
menciptakan suasana damai dan meredakan ketegangan saraf otak, meredakan kegelisahan, mengatasi rasa takut, memperkuat kepribadian, meningkatkan kemampuan berbahasa, dsb.

Pada asalnya, milyaran sel saraf dalam otak manusia bergetar secara konstan. Sel ini berisi program yang rumit dimana milyar sel-sel di sekitar berinteraksi dalam sebuah koordinasi yang luar biasa yang menunjukkan kebesaran Allah. Sebelum bayi lahir, sel-sel otaknya mulai bergetar berirama secara seimbang. Tapi setelah kelahirannya, tindakan masing-masing akan mempengaruhi sel-sel otak dan cara mereka bergetar. Jadi jika beberapa sel otak tidak siap untuk mentoleransi frekuensi tinggi, ini dapat menyebabkan gangguan dalam sistem getar otak yang pada gilirannya menyebabkan
banyak penyakit fisik dan psikologis.

Seorang peneliti bernama Enrick William Duve menemukan bahwa otak bereaksi terhadap gelombang suara tertentu. Dan gelombang tersebut dapat berpengaruh secara positif dan negatif. Ketika beredar informasi bahwa musik klasik berpengaruh terhadap perkembangan otak manusia, banyak kalangan menggunakan musik klasik sebagai obat terapi.

Tapi, Al-Qur’an tetaplah obat yang terbaik. Terapi dengan Al-Qur’an terbukti mampu meningkatkan kecerdasan seorang anak, menyembuhkan berbagai penyakit, dsb. Ini dikarenakan frekuensi gelombang bacaan Al-Qur’an memiliki kemampuan untuk
memprogram ulang sel-sel otak, meningkatkan kemampuan, serta menyeimbangkannya.

Satu lagi, Al-Qur’an diturunkan dengan bahasa Arab, yakni bahasa yang memiliki nilai sastra yang tinggi, dan bahasa nomor satu yang paling sulit untuk dipelajari. Kita tahu, bahwa tidak ada satupun dari kita yang mampu menandingi keindahan bahasa Al-Qur’an. Namun, tahukah Anda, bahwa ternyata jika kita mampu berbahasa Arab dapat memudahkan kita untuk menguasai bahasa asing lainnya?

Anak-anak yang terbiasa membaca Al-Qur’an disertai dengan memahami maknanya, ternyata memiliki kemampuan berbahasa yang lebih baik daripada anak-anak lain. Bahkan meski bahasa tersebut masih asing, ia tidak membutuhkan waktu yang lama
untuk kemudian menguasainya, insya Allah.Janin usia 7 bulan sudah dapat merespon suara-suara di sekitar ibunya. Nah, untuk itulah, penting bagi ibu hamil untuk banyak-
basumnyak memperdengarkan Al-Qur’an kepada janinnya. Kita tidak mengharapkan mereka mengerti dan memahami apa yang kita baca. Namun, membiasakannya mendengarkan Al-Qur’an sejak dalam kandungan, membantunya untuk tumbuh dengan
intelegensi tinggi, kemampuan berbahasa yang baik, dankepribadian yang baik pula.



sumber :
https://plus.google.com/104437188870803691901/posts/Lwk6GwNwPGs

Selasa, 03 Juni 2014

Pemanfaatan Teknologi Untuk Media Pembelajaran










Kedua permasalahan tersebut tentunya guru yang pernah menggunakannya akan mengalaminya.Tentu saja, siswa gitu loh, harus gaul! Nah, perilaku selama belajar juga harus dikendalikan jika tidak ingin penyimpangan perilaku seperti ini terjadi. Kita memang harus pandai-pandai menarik ulur terhadap perilaku siswa agar tetap fokus pada proses pembelajaran. Tidak mudah memang, tetapi begitulah realitasnya.

Teknologi memang sangat membantu guru dalam proses kegiatan belajar mengajar. Namun demikian disamping kegunaan tersebut teknologi juga dapat menjadi bumerang bagi guru manakala kebermanfaatannya tidak signifikan terhadap hasil belajar siswa. Bagaimanapun, tetap tolok ukur keberhasilan guru mengajar dikelas atau diluar kelas adalah hasil belajar. Jika hasil belajar yang dicapai rendah maka kebermanfaatan teknologi sebagi media pembelajaran menjadi tidak berarti.

Hal lain yang perlu diperhatikan adalah kemampuan guru terhadap teknologi yang dipakai. Sebab tidak jarang, guru pada akhirnya hanya memerintahkan siswa mencari materi yang diajar melalui perangkat teknologi dan internet tetapi pengawasannya lemah. Demikian ini bisa terjadi karena guru menyikapinya dengan harapan siswa mencari sumber belajar sendiri, guru bisa santai tidak bekerja keras dan materi tercapai. Belum tentu bukan?

Ketika seorang guru berniat menggunakan teknologi sebagai media ajar maka sudah seyogyanya apaun teknologi tersebut harus dikuasai terlebih dahulu. Guru mengetahui kelebihan dan kekurangannya, pemanfaatannya dan efek yang ditimbulkan karena pemakaiannya. Hal ini agar tujuan yang telah ditetapkan dalam rancangan program pengajaran dapat dicapai dengan efektif dan efisien, guru bertambah wawasan keilmuannya dan siswa terbuka pola berfikirnya, tujuan pembelajaran tercapai dengan baik.

Pemanfaatan teknologi (baca : internet) sebagai sumber belajar bukan lagi sebagai gaya mengajar agar terlihat keren dan dianggap melek teknologi, lebih dari sekedar itu pemanfaatannya adalah utnuk tujuan mulia agar siswa sebagai peserta didik memperoleh ilmu yang bermanfaat.

Senin, 02 Juni 2014

AMAZING TRAINING ON EDU 2.0

Guru adalah sebuah profesi yang mempunyai nilai lebih, melebihi profesi lainnya di dunia ini. Jadi, tidaklah heran jika Rasululloh bersabda yang antara lain menerangkan ada tiga golongan yang masuk syurga diantara umatnya terlebih dahulu dari pada yang lain, yakni seorang yang dermawan, penguasa yang adil dan yang terutama seorang guru yang mengamalkan ilmunya dengan ikhlas. Luar biasa bukan, maka jangan berputus asa atas rezeki Alloh wahai para guru! Anda dan saya adalah ahli syurga!

Namun demikian, bukan berarti berhenti sampai pada kebanggaan tersebut. Guru akan lebih mempunyai makna jika seorang guru terus belajar dan mengembangkan keprofesionalannya.
Nah, sebagai salah satu sarana pengembangan keprofesionalan tersebut di zaman yang penuh dengan kecnggihan teknologi adalah memanfaatkannya sebagai media belajar. Media belajar diperlukan untuk semakin menambah ketertarikan siswa dalam proses belajar mengajar selain memberi ruang efesiensi. Guru kini tidak lagi mendominasi sumber informasi belajar bagi siswa, banyak sumber lain yang justru lebih menarik bagi mereka. Jadi, perintah Alloh untuk selalu belajar sangatlah relevan untuk profesi seorang guru.

Training yang dilaksanakan oleh Komunitas guru melek IT yang dipelopori oleh master IT Bapak Sukani salah satu sarananya. Untuk itulah saya yang masih remang-remang dalam teknologi ini mengikutinya. Dalam rangka menambah nilai lebih dari seorang guru yang termat dangkal ilmu teknologi informasi ini. Seperti musafir di padang pasir, semuanya saya lahap sampai mungkin banyak kesalahan yang saya lakukan dalam mengikuti trainin online ini. Namun demikian lebih baik salah dari pada tidak melakukan sama sekali bukan?

Satu kat yang keluar dari mulut saya untuk pelatihan ini : AMAZING!

Pelatihan yang mudah diikuti bagi yang sudah melek IT, tetapi bagi saya ini tantangan bahwa seorang guru mestilah mampu mengatasi keterbatasan yang dimiliki dengan memperkaya khasanah keilmuan lain untuk mendukung profesinya. apapun itu pasti bermanfaat bagi kita, guru. Menu-menunya yang menantang, tugas-tugasnya yang membangkitkan selera belajar dan motivasinya juga tidak ketinggalan menstimulus naluri kemanusiaan seorang pembelajar.

Deadline-deadline yang membuat kita tertantang untuk menyelesaikannya, tetapi masih relatif bisa diatasi jika kita bersungguh-sungguh. Sekali lagi ini adalah pelatihan pertama yang saya ikuti secara online dan AMAZING buat Pak Sukani dengan tarining guru melek IT di EDU 2.0. Semoga orang pertama yang masuk syurga sesuai kategor sabda nabi itu adalah Mr. Sukani.

Prosedur Belajar Via Quipper School