RUANG BACA
Kamis, 11 September 2014
Presentasi Yang Wow !
Anda guru? Ingin presentasi anda terlihat menarik? Nah cobalah membuat presentasi yang menarik dengan sebuah alat bantu bernama Prezi.Bacalah artikel yang saya buat : presentasi-menarik-dengan-prezi/
Kamis, 17 Juli 2014
Minggu, 13 Juli 2014
Kamis, 26 Juni 2014
Workshop Pengembangan Lesson Study
Guru biasa memberitahukan. Guru baik menjelaskan. Guru ulung memeragakan. Guru hebat mengilhami (William Arthur Ward)
Mengapa Perlu Lesson Study?
Ada pameo yang beredar dikalangan komunitas pendidikan, bahwa apapun kurikulumnya metode belajarnya tetap itu-itu juga. Seperti sebuah iklan minuman "apapun makanannya, minum tetap teh botol sosro".
Tidaklah salah sepenuhnya pameo tersebut, namun juga tidak semua guru melakukan hal tersebut..
Lantas mengapa Lesson Study perlu dilakukan oleh para guru? Guru sesungguhnya adalah manusia pembelajar. Namun kesempatan untuk mendapatkan pelatihan-pelatihan sangat jarang didapatkan, dengan kondisi demikian guru dituntut untuk kreatif mengembangkan kualitas diri.Kenyataan yang kita alami pendidikan kita menghasilkan output yang mempunyai daya saing secara global rendah, menurut berita dari Tempo kualitas pendidikan kita sangat rendah
Lesson study sesungguhnya adalah sebuah terobosan yang dilakukan untuk mendongkrak kualitas layanan guru terhadap peserta didik melalui kolaborasi beberapa guru dalam mata pelajaran sejenis.
Dr. Ibrohim, dosen Fakultas MIPA dari Universitas Negeri Malang, telah mencoba merumuskan definisi operasional lesson study, sebagai berikut. ”Lesson study adalah proses kegiatan pengkajian pembelajaran secara kolaboratif dan berkelanjutan berlandaskan prinsip-prinsip kolegialitas dan mutual learning untuk membangun learning community”.
Lesson
Study
sebagai
salah
satu
model pembinaan
profesi
pendidik
melalui
pengkajian
pembelajaran
secara
kolaboratif
dan
berkelanjutan
berlandaskan
pada
prinsip-prinsip
kolegalitas
dan
mutual learning untuk membangun
komunitas
belajar.
(Slamet
Mulyana,
2007)
Manfaat Lesson Study
Lesson Study mempunyai manfaat bagi guru antara lain :
(1) Guru dapat
mendokumentasikan kemajuan kerjanya,
(2) Guru dapat
memperoleh umpan balik dari anggota lainnya, dan
(3) Guru dapat mempublikasikan
dan mendiseminasikan hasil akhir dari Lesson Study
4) Mengurangi
keterasingan guru (dari komunitasnya), khususnya dalam pembelajaran
5) Membantu
guru untuk mengobservasi dan mengkritisi pembelajarannya
6) Memperdalam
pemahaman guru tentang materi pelajaran, cakupan dan urutan materi dalam kurikulum.
7) Membantu
guru memfokuskan bantuannya pada seluruh aktivitas belajar siswa.
8) Menciptakan
terjadinya pertukaran pengetahuan tentang pemahaman berpikir dan belajar siswa
9) Meningkatkan kolaborasi pada sesama guru.
Langkah-langkah Pelaksanaan Lesson Study
Secara singkat, lesson study dapat dijelaskan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
Pertama, adakanlah semacam pertemuan kompok guru yang menyadari pentingnya upaya untuk meningkatkan kompetensinya dalam pelaksanaan pembelajaran mata pelajaran tertentu. Pertemuan kelompok guru ini menyepakati beberapa hal, misalnya: (1) proses pembelajaran dalam pokok bahasan apa, mata pelajaran apa, dan kelas berapa, yang akan dikaji melalui lesson study; (2) siapa yang akan bertindak sebagai guru penyaji yang akan melaksanakan proses pembelajaran, (3) siapa saja guru yang bertindak menjadi pengamat dalam kegiatan lesson study tersebut. Untuk ini, guru penyaji harus memiliki kesadaran ”mau membuka” proses pembelajaran untuk diamati para guru yang lain, dengan tujuan utama mengetahui efektivitas proses pembelajaran, bukan mencari-cari kesalahannya.
Kedua, jika rencana tersebut sudah matang, dalam pertemuan tersebut dapat dilanjutkan dengan mencoba membuat lesson plan atau Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) bersama. Kalau tidak dalam pertemuan tersebut, dapat dilakukan pertemuan berikutnya. Guru calon penyaji mencoba membuat konsep RPP, dan kemudian disampaikan kepada kelompok guru tersebut, untuk memperoleh tanggapan dan usulan perbaikan. Kedua tahapan ini disebut sebagai tahapan PLAN.
Ketiga, jika rencana sudah matang, maka tahapan berikutnya adalah proses pelaksanaan pembelajaran. Guru penyaji melaksanakan proses pembelajaran di kelas sebagaimana guru ini melaksanakan pembelajaran sebagaimana yang biasa dilakukan. Dalam proses pelaksanaan pembelajaran ini, para pengamat mengamati proses pembelajaran, mulai dari membuka pelajaran, sampai dengan pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan metode dan media atau alat bantu pembelajaran, dan akhirnya sampai dengan menutup pembelajaran. Para pengamat melakukan pengamatan dan mencatatnya secara cermat. Dalam lesson study, tahapan ini dikenal sebagai tahapan DO.
Keempat, setelah selesai tahapan ketiga, para guru mengadakan pertemuan berikutnya untuk mendiskusikan hasil pengamatan dari guru-guru yang lain. Dalam diskusi ini, sudah barang tentu akan disampaikan tentang apa kelebihan yang telah dilakukan oleh guru penyaji, di samping kemungkinan kekurangan-kekurangan, bahkan kesalahan-kesalahan fatal yang telah dilakukan guru penyaji. Dalam pertemuan ini, para guru dapat mengambil kesimpulan tentang praktik-praktik terbaik yang telah dilakukan oleh guru penyaji, selain kemungkinan juga kekurangan-kekurangannya. Hasil kesimpulan ini sebaiknya disusun secara tertulis, dan kemudian disebarluaskan kepada guru-guru yang lain, terutama yang menjadi penyaji dan pengamat dalam kegiatan lesson study tersebut. Sudah barang tentu, kesimpulan ini akan menjadi produk bersama yang amat bermanfaat untuk meningkatkan kompetensi para guru. Tahapan ketiga lesson study ini dikenal dengan tahapan SEE.
Sumber :
http://suparlan.com/44/2010/01/22/lesson-study-dan-peningkatan-kompetensi-guru/
PPT. Drs. Fatah Munzali M.Pd : Pengembangan Lesson Study
Rabu, 18 Juni 2014
Rabu, 04 Juni 2014
BACK TO AL-QUR’AN : MOZART TERNYATA TIDAK MEMBUAT CERDAS
Baru-baru ini kita dikagetkan oleh sebuah fakta baru
penelitian bahwa ternyata musik klasik tidak memiliki pengaruh apapun terhadap
kemampuan kognitif seorang anak. Itu artinya, mendengarkan musik klasik tidak
mencerdaskan anak sebagaimana yang selama ini kita tahu. Selama lebih dari 15 tahun,
kita terkecoh oleh publisitas yang banyak membesar-besarkan tentang musik
klasik yang dapat memacu kecerdasan
seorang anak. Dulu, sebelum saya mengenal banyak keajaiban Al-Qur’an,
saya cenderung memegang pendapat bahwa musik klasik dapat merangsang
perkembangan otak janin dan mencerdaskan anak. Tapi, beberapa tahun kemudian,
saya mulai
berpikir, jika mozart yang ciptaan manusia saja bias mencerdaskan
anak, maka tentu Al-Qur’an yang merupakan mukjizat yang telah Allah berikan
kepada kita ini lebih dapat mencerdaskan anak. Dan ternyata itu benar.
Beberapa orang peneliti dari University of Vienna, Austria
yakni Jakob Pietschnig, Martin Voracek dan Anton K. Formann dalam riset mereka
yang diberi judul “Mozart Effect” mengemukakan kesalahan besar dari hasil
penelitian musik yang melegenda ini. Pietschnig dan kawan-kawannya mengumpulkan
semua pendapat dan temuan para ahli terkait dampak musik Mozart terhadap
tingkat intelegensi seseorang kemudian mereka membuat riset terhadap 3000
partisipator. Hasilnya ternyata
sangat mengejutkan! Berdasarkan penelitian terhadap ribuan partisipator
itu, Pietschnig dan rekan-rekannya menyimpulkan bahwa tidak ada stimulus atau
sesuatu yang mendorong peningkatan kemampuan spasial seseorang setelah mendengarkan
musik Mozart.
Senada dengan Jacob Pietschnig dan kawan-kawannya, sebuah tim
peneliti Jerman yang terdiri atas ilmuwan, psikolog, filsuf, pendidik, dan ahli
musik mengumpulkan berbagai literatur dan fakta mengenai efek mozart ini.
Mereka mengemukakan bahwa
sangat tidak mungkin mozart dapat membuat seorang anak menjadi
jenius.
Penelitian terbaru ini membantah habis-habisan hasil riset psikolog
Frances Rauscher dan rekan-rekannya di University of California pada tahun 1993
yang mengemukakan bahwa musik Mozart ternyata dapat meningkatkan kemampuan
mengerjakan
soal-soal mengenai spasial.
Wow…padahal, selama ini kita sudah terlanjur percaya pada legenda
musik klasik ini, ya?
Back to Al-Qur’an
Berbeda dengan Al-Qur’an. Al-Qur’an adalah mukjizat yang
telah Allah jamin kemurniannya hingga hari kiamat kelak. Ada banyak kemuliaan dan kebaikan yang ada
dalam Al-Qur’an. Salah satunya adalah Al-Qur’an dapat merangsang perkembangan otak
anak dan meningkatkan intelegensinya. Setiap suara atau sumber bunyi memiliki
frekuensi dan panjang gelombang tertentu. Nah, ternyata, bacaan Al-Qur’an yangdibaca
dengan tartil yang bagus dan sesuai dengan tajwid memiliki frekuensi dan
panjang gelombang yang mampu mempengaruhi otak secara positif dan mengembalikan
keseimbangan dalam tubuh.
Bacaan Al-Qur’an memiliki efek yang sangat baik untuk tubuh,
seperti; memberikan efek menenangkan, meningkatkan kreativitas, meningkatkan
kekebalan tubuh, meningkatkan kemampuan konsentrasi, menyembuhkan berbagai
penyakit,
menciptakan suasana damai dan meredakan ketegangan saraf otak,
meredakan kegelisahan, mengatasi rasa takut, memperkuat kepribadian, meningkatkan
kemampuan berbahasa, dsb.
Pada asalnya, milyaran sel saraf dalam otak manusia bergetar
secara konstan. Sel ini berisi program yang rumit dimana milyar sel-sel di
sekitar berinteraksi dalam sebuah koordinasi yang luar biasa yang menunjukkan
kebesaran Allah. Sebelum bayi lahir, sel-sel otaknya mulai bergetar berirama secara
seimbang. Tapi setelah kelahirannya, tindakan masing-masing akan mempengaruhi
sel-sel otak dan cara mereka bergetar. Jadi jika beberapa sel otak tidak siap
untuk mentoleransi frekuensi tinggi, ini dapat menyebabkan gangguan dalam
sistem getar otak yang pada gilirannya menyebabkan
banyak penyakit fisik dan psikologis.
Seorang peneliti bernama Enrick William Duve menemukan bahwa
otak bereaksi terhadap gelombang suara tertentu. Dan gelombang tersebut dapat
berpengaruh secara positif dan negatif. Ketika beredar informasi bahwa musik
klasik berpengaruh terhadap perkembangan otak manusia, banyak kalangan
menggunakan musik klasik sebagai obat terapi.
Tapi, Al-Qur’an tetaplah obat yang terbaik. Terapi dengan
Al-Qur’an terbukti mampu meningkatkan kecerdasan seorang anak, menyembuhkan
berbagai penyakit, dsb. Ini dikarenakan frekuensi gelombang bacaan Al-Qur’an
memiliki kemampuan untuk
memprogram ulang sel-sel otak, meningkatkan kemampuan, serta
menyeimbangkannya.
Satu lagi, Al-Qur’an diturunkan dengan bahasa Arab, yakni bahasa
yang memiliki nilai sastra yang tinggi, dan bahasa nomor satu yang paling sulit
untuk dipelajari. Kita tahu, bahwa tidak ada satupun dari kita yang mampu
menandingi keindahan bahasa Al-Qur’an. Namun, tahukah Anda, bahwa ternyata jika
kita mampu berbahasa Arab dapat memudahkan kita untuk menguasai bahasa asing
lainnya?
Anak-anak yang terbiasa membaca Al-Qur’an disertai dengan memahami
maknanya, ternyata memiliki kemampuan berbahasa yang lebih baik daripada
anak-anak lain. Bahkan meski bahasa tersebut masih asing, ia tidak membutuhkan
waktu yang lama
untuk kemudian menguasainya, insya Allah.Janin usia 7 bulan
sudah dapat merespon suara-suara di sekitar ibunya. Nah, untuk itulah, penting
bagi ibu hamil untuk banyak-
basumnyak memperdengarkan Al-Qur’an kepada janinnya. Kita tidak
mengharapkan mereka mengerti dan memahami apa yang kita baca. Namun,
membiasakannya mendengarkan Al-Qur’an sejak dalam kandungan, membantunya untuk
tumbuh dengan
intelegensi tinggi, kemampuan berbahasa yang baik, dankepribadian
yang baik pula.
sumber :
https://plus.google.com/104437188870803691901/posts/Lwk6GwNwPGs
Selasa, 03 Juni 2014
Pemanfaatan Teknologi Untuk Media Pembelajaran
Kedua permasalahan tersebut tentunya guru yang pernah menggunakannya akan mengalaminya.Tentu saja, siswa gitu loh, harus gaul! Nah, perilaku selama belajar juga harus dikendalikan jika tidak ingin penyimpangan perilaku seperti ini terjadi. Kita memang harus pandai-pandai menarik ulur terhadap perilaku siswa agar tetap fokus pada proses pembelajaran. Tidak mudah memang, tetapi begitulah realitasnya.
Teknologi memang sangat membantu guru dalam proses kegiatan belajar mengajar. Namun demikian disamping kegunaan tersebut teknologi juga dapat menjadi bumerang bagi guru manakala kebermanfaatannya tidak signifikan terhadap hasil belajar siswa. Bagaimanapun, tetap tolok ukur keberhasilan guru mengajar dikelas atau diluar kelas adalah hasil belajar. Jika hasil belajar yang dicapai rendah maka kebermanfaatan teknologi sebagi media pembelajaran menjadi tidak berarti.
Hal lain yang perlu diperhatikan adalah kemampuan guru terhadap teknologi yang dipakai. Sebab tidak jarang, guru pada akhirnya hanya memerintahkan siswa mencari materi yang diajar melalui perangkat teknologi dan internet tetapi pengawasannya lemah. Demikian ini bisa terjadi karena guru menyikapinya dengan harapan siswa mencari sumber belajar sendiri, guru bisa santai tidak bekerja keras dan materi tercapai. Belum tentu bukan?
Ketika seorang guru berniat menggunakan teknologi sebagai media ajar maka sudah seyogyanya apaun teknologi tersebut harus dikuasai terlebih dahulu. Guru mengetahui kelebihan dan kekurangannya, pemanfaatannya dan efek yang ditimbulkan karena pemakaiannya. Hal ini agar tujuan yang telah ditetapkan dalam rancangan program pengajaran dapat dicapai dengan efektif dan efisien, guru bertambah wawasan keilmuannya dan siswa terbuka pola berfikirnya, tujuan pembelajaran tercapai dengan baik.
Pemanfaatan teknologi (baca : internet) sebagai sumber belajar bukan lagi sebagai gaya mengajar agar terlihat keren dan dianggap melek teknologi, lebih dari sekedar itu pemanfaatannya adalah utnuk tujuan mulia agar siswa sebagai peserta didik memperoleh ilmu yang bermanfaat.
Langganan:
Postingan (Atom)